Korps Alumni HMI (KAHMI) Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), menggelar acara silaturahmi akbar menyambut 78 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia bertajuk “Refleksi untuk Indonesia Maju, Bermartabat, dan Berkelanjutan Menyambut Indonesia Emas Tahun 2045” di Gedung Syahid Inn Ciputat, Minggu (13/8/2023).
Sejumlah tokoh nasional alumni HMI hadir, di antaranya Pengamat politik Fachry Ali, Murasa Sarkaniputra, Nazaruddin Nasution, Guru Besar UIN Jakarta Amin Suma, Abuddin Nata, dan ahli filologi Islam Oman Fathurrahman. Acara juga diisi dengan pembacaan puisi oleh sastrawan senior Taufik Ismail.
Silaturahmi akbar KAHMI kali ini juga menjadi salah satu ajang pertemuan antartokoh senior dan yunior alumni HMI. Di antara tokoh yunior yang hadir adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali Munhanif, Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora Amelia Fauzia dan Syukron Kamil, konsultan politik Veri Muhlis Arifuzzaman, dan pengamat politik Adi Prayitno.
Presidium KAHMI Ciputat Euis Amalia mengatakan, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.
RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tujuh agenda pembangunan Indonesia ke depan.
Euis juga menjelaskan, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, yaitu kondisi faktual Indonesia saat ini berada pada sekitar 300 juta penduduknya dengan lima generasi yang berbeda, seperti generasi baby boomer, generasi gen X, generasi milenial, gen Z dan post gen Z, di mana generasi tersebut sekitar 70 persennya berada pada usia antara 16 sampai 65 tahun, yaitu usia produktif menurut standar WHO. Surplus demografi ini merupakan keunggulan SDM yang luar biasa namun juga merupakan tantangan jika tidak bisa menjadi SDM yang produktif dan unggul.
Di sisi lain, menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, itu angka kemiskinan yang masih tinggi sekitar 10 persen, pengangguran terbuka yang makin tinggi, ketimpangan yang ditunjukkan oleh rasio gini sekitar 39 persen, angka prevalensi stunting sekitar 26 persen yang melebihi dari angka standar WHO, kondisi pascaCovid-19 berupa recovery ekonomi, kesehatan, sosial, pesta demokrasi yang sebentar lagi akan dihadapi seringkali menimbulkan kondisi yang tidak mudah untuk diantispasi, rendahnya indeks pembangunan manusia, tingginya indeks korupsi, masih terjadinya konflik keagamaan dan lain-lain masalah nasional. Demikian juga tantangan global berupa revolusi industri 4.0 dan Era Society 5.0, SDGS, tantangan geopolitik yang membawa sistuasi pada ketidakpastian global yang berdampak pada nasional.
“Kondisi ini semua membawa kita pada siatuasi yang disebut VUCA, yaitu: Volatility (perubahan), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (ketidakjelasan),” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Euis, makna penting eksistensi HMI untuk berkontribusi dalam kerangka negara RI harus dapat melahirkan kepemimpinan berbasis VUCA tersebut, yaitu konsep kepemimpinan yang memiliki : 1) Vision (visi) yaitu pemimpin visioner yang kreatif dan mampu membawa perubahan bermakna; 2) Understanding (pemahaman) yaitu pemimpin yang mampu memahami berbagai persoalan yang terjadi serta mengetahui solusi yang perlu dilakukannya; 3) Courage (keberanian) yaitu : pemimpin yang dengan kapabilitas dan integritasnya yang tinggi mampu dan berani menyuarakan kebenaran, menolak kemungkaran dan ketidakadilan dalam sebuah sistem apapun dan dimanapun dengan cara-cara yang beretika dan beradab, dan 4) Adaptibility (kemampuan beradaptasi) sebagai salah satu strategi alternatif untuk tetap bertahan dan berdaya saing di tengan perubahan yang begitu cepat dan di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abuddin Nata mengungkapkan, sejak kelahirannya 66 tahun yang lalu, HMI selalu berada dalam garis terdepan dalam mengokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran kepelopran HMI ini terus berjalan seiring dengan berbagai tantangan yang dihadapi. Hal ini perlu dilakukan, sejalan dengan missi amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi landasan perjuanhan HMI, yakni al-Qur’an dan Hadis. HMI tidak ingin menjadi penonton, melainkan sebagai pelaku.
Dengan demikian, menurut dia, keterlibatan peran HMI untuk Indonesia maju, adil, bermartabat, dan berkelanjutan juga sejalan dengan Bab III, Pasal 4, A/D HMI yang menyatakan, bahwa tujuan yang ingin diwujudkan oleh HMI adalah terbinanya insan akademik, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT.
“Peran HMI dalam memajukan kehidupan bangsa dan negara, merupakan sebuah agenda yang tidak boleh berhenti, melainkan agar terus dilakukan, karena para kader HMI datang dan pergi, perubahan zaman juga terus berlanjut,” katanya.
Hanya dengan keteribatan dalam peran dan fungsi itulah, HMI akan memiliki makna kehadirannnya bagi bangsa dan negara. Untuk itu semangat dan etos kerja yang tinggi merupakan sesuatu yang tidak boleh padam, terlebih lagi di era global dan milenial yang penuh persaingan ini. (fid)