Rembang, Wartabanten.com – Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman Lasem, Rembang, yang berada di tengah kawasan Pecinan dapat menjadi contoh perwujudan nilai toleransi yang tinggi masyarakat Indonesia. Di sini, para santri dapat membaur dengan baik tidak hanya dengan masyarakat etnis Jawa tetapi juga etnis Tionghoa. Bahkan nuansa Arab-Tionghoa tampak menyatu di Ponpes Kauman Lasem, karena gapuranya dihias dengan kaligrafi Arab dan Tionghoa.
“Jadi sebenarnya ini contoh, dan ini barangkali yang menginspirasi sehingga Indonesia itu sekarang dikenal sebagai negeri yang paling toleran di dunia,” ungkap Wapres dalam sambutannya pada Peringatan Haul ke-52 K.H. Ma’shoem Ahmad, Khotmil Qur’an, Rajabiyyah, dan Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Kauman Lasem, Desa Jalan, Mahbong, Karangturi, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (27/01/2024).
Melihat suasana harmoni di tengah keragaman tersebut, Wapres pun meyakini bahwa Lasem telah menginspirasi kehidupan toleransi di Nusantara.
“Ini rupanya juga peran Lasem di sini memberikan inspirasi terhadap kehidupan toleransi di Indonesia,” ujarnya.
Hal ini, menurut Wapres, tidak lepas dari peran penting para ulama dalam berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai multikulturalisme.
“Tentu ini adalah berkat jasa-jasa para ulama. Ulama kita memang dalam Islam itu kan diajarkan untuk bermuamalah dengan baik,” terangnya.
Bahkan hingga kini, tutur Wapres, kehidupan toleransi antarumat beragama di Indonesia mendapat pengakuan dan pujian dari negara lain. Ia pun bercerita bahwa dirinya pernah menerima perwakilan Majelis Hukama Muslimin (MHM) atau Muslim Council Elders yang berkedudukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Majelis ini memliki misi mengampanyekan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, menguatkan pemahaman keagamaan yang moderat, menyuarakan persaudaraan lintas iman, dan menguatkan kerja sama antartokoh agama.
“Persatuan orang-orang pintar agama dari kalangan alim ulama Islam sedunia yang diketuai oleh Prof. Dr. Ahmad Al-Tayeb, Syekh Al-Azhar saat bertemu di Jakarta, beliau [perwakilan Majelis Hukama] mengatakan kami datang ke sini bukan untuk mengajari orang Indonesia, tapi kami datang ke sini ingin belajar tentang toleransi, karena Indonesia adalah negeri yang paling toleran yang bisa menjadi contoh buat kehidupan global,” beber Wapres.
“Bahkan mereka mengatakan sekarang ini bukan saatnya lagi kitab-kitab, buku-buku yang berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Seharusnya sekarang justru buku-buku yang berbahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kenapa? Karena banyak nilai yang terkandung di Indonesia yang bisa menjadi pelajaran buat kehidupan global,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, selain menghadiri Peringatan Haul ke-52 K.H. Ma’shoem Ahmad dan Harlah ke-101 NU, Wapres juga meluncurkan Kampus Multikultural STIA Al Hidayat Lasem.
Sebelumnya, Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana pada kesempatan yang sama mengharapkan kehidupan harmonis mahasiswa dan santri yang berbaur dengan masyarakat etnis Tionghoa di Rembang dapat menjadi contoh daerah lain.
“Hal inilah yang tentunya kita harapkan di Indonesia khususnya di Jawa Tengah ini, kehidupan mahasiswa dan santri ini bisa berbaur dengan masyarakat baik etnis Tionghoa maupun Jawa, maka tentunya sangat tepat bahwa [Kampus Multikultural STIA Al Hidayat Lasem] diluncurkan,” ujarnya.
Selanjutnya, Nana juga berharap STIA Al Hidayat Lasem senantiasa menjadi rujukan dalam pengembangan kajian ke Islaman.
“Sebagai kampus multikultural mudah-mudahan ini dapat menjadi perguruan tinggi rujukan dalam pengembangan kajian keislaman dan keguruan berwawasan multikultural,” harapnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Kauman Lasem, K.H. Moch. Zaim Ahmad Ma’shoem (Gus Zaim) berharap kehadiran Wapres di pondoknya menambah dan mempertebal nilai-nilai moderasi yang telah ditanamkan oleh para pendirinya.
“Semoga kehadiran panjenengan [Wapres] semakin memperteguh dan semakin melanggengkan nilai-nilai toleransi, nilai-nilai moderasi yang telah diciptakan, yang telah ditanamkan oleh para muasis,” pungkasnya. (RN-BPMI Setwapres)