Kebijakan fiskal Indonesia telah berhasil menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis global. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangannya pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I DPR RI Tahun Sidang 2023-2024 yang digelar di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023.
“Kebijakan fiskal Indonesia termasuk salah satu yang paling efektif dalam menangani pandemi dan menjaga pertumbuhan ekonomi,” ucap Presiden.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang berhasil menangani krisis global yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 tersebut dengan cepat dan baik.
“Alhamdulillah, negara kita Indonesia telah berhasil mengatasi tantangan besar akibat pandemi tersebut dengan hasil yang sangat baik. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil menangani krisis kesehatan dan memulihkan ekonomi dengan cepat dan baik,” paparnya.
Lebih lanjut, Kepala Negara menyampaikan bahwa Indonesia secara konsisten dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi sejak akhir 2021 tetap berada di atas 5 persen. Hal tersebut juga diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran hingga kemiskinan ekstrem.
“Tingkat pengangguran berhasil diturunkan dari 6,26 persen pada Februari 2021 menjadi 5,45 persen pada Februari 2023. Sementara tingkat kemiskinan juga terus menurun menjadi 9,36 persen pada Maret 2023. Begitu juga dengan kemiskinan ekstrem yang turun dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,12 persen pada Maret 2023,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi menilai pemulihan ekonomi yang cepat dan kuat telah berhasil membawa Indonesia masuk kembali ke dalam kelompok negara dengan pendapatan menegah atas di tahun 2022.
“Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Semester 1 2023, ekonomi nasional tumbuh 5,1 persen. Inflasi Indonesia juga semakin terkendali dan mencapai 3,1 persen sampai dengan Juli 2023,” sambungnya.
Lebih lanjut, Presiden menyebut bahwa saat ini defisit fiskal Indonesia juga telah kembali berada di bawah 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB). “Satu tahun lebih cepat dari rencana awal,” jelasnya.
Selain itu, Kepala Negara menilai bahwa rasio utang Indonesia juga merupakan salah satu yang paling rendah di antara kelompok negara G20 dan ASEAN yakni senilai 37,8 persen dari PDB pada Juli 2023.
“Sebagai perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini berada di tingkat 66,3 persen PDB, Tiongkok 77,1 persen dan India 83,1 persen,” ucapnya.
(rls)